Sunday 12 June 2016

SEKULARISME dan MATERIALISME : akan Menjauhkan Ummat Islam dari Agama.


Oleh Adiadwan Herrawan

Sebagai materi sesi ke tiga dalam perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam pada tanggal 26 September 2015, Akmal Syafril, M.Pd.I membahas materi "Sekularisme dan Materialisme". Sebuah materi yang sangat relevan dalam konteks 'Ghazwul Fikri' di Indonesia, khususnya terhadap perkembangan yang semakin memprihatinkan dari gerakan Liberalisme Agama.

"Kondisi dunia Barat yang sangat Sekuler bermula dari masalah sejarah Kristen itu sendiri, khususnya problem teks bible dan teologis Kristen", jelas Akmal.

Hal tersebut yang menjadikan kondisi saat ini, yang menurut Akmal sebagai - Kristen yang ter-Baratkan. Dunia Barat yang sangat menjunjung tinggi Rasionalitas dalam berpikir telah membentuk pola kehidupan yang Sekuler, yang sangat memprioritaskan kekuatan akal manusia dan intelektualitasnya melebihi kebenaran wahyu. Sejatinya kebenaran wahyu adalah mutlak, sementara kebenaran akal bersifat relatif. Akal berfungsi untuk memahami dan tunduk kepada wahyu. Beginilah karakter seorang Mukmin seharusnya, walaupun sering mendapat pertentangan dari pihak lain di luar Islam 1

Akmal selanjutnya menjelaskan, "Masa kelam Eropa (Romawi Barat) justru terjadi akibat peran Gereja sebagai pusat kegelapan di masa itu. Hegemoni Barat dalam setiap aspek kehidupan telah menyuburkan paham Sekularisme yang menjauhkan alam dari Tuhan, desakralisasi politik serta ketidak-abadian dari nilai-nilai yang dianut".

Sekularisme sejatinya adalah paham yang memisahkan agama dari negara dan kehidupan ('fashlud diin 'anil hayah/daulah'), yang akhirnya akan menjauhkan manusia dari agamanya. Hal inilah yang menjadikan Sekularisme berseberangan bahkan berhadap-hadapan ('vis a vis') dengan Syariat Islam.

Pintu masuk paham Sekularisme adalah melalui Orientalisme, yang menilai Islam melalui cara pandang dan persepsi orang Barat. Paradigma yang mereka gunakan untuk mendekati Islam adalah paradigma Barat yang Sekuler, Liberal dan Materialistik. Sebuah cara pandang melalui metode kritik terhadap ajaran Islam inilah pintu masuk bagi lahirnya generasi Sekuler di dunia Islam melalui berbagai tulisan dan kajian-kajian di negara Barat bahkan di universitas Islam di negara Islam itu sendiri. Sungguh memprihatinkan.

“Kegamangan dunia Barat terhadap kondisi masa lalu Kristen di masa lalu telah berdampak kepada cara berpikir dan perilaku masyarakatnya, yang cenderung sama dengan perilaku kebiasaan ummat dan pemimpin agamanya di masa lalu. Sehingga tidaklah heran dengan kondisi Barat saat ini”. Demikian Akmal menjelaskan.

Sehingga hanya Islam lah yang sebuah Kebenaran yang datang dari Allah SWT sebagai akhir dari rangkaian Nabi dan Rasul yang telah menyebarkan ajaran Tauhid kepada ummatnya, yang jauh dari bahaya dan dampak negatif cara berpikir Sekularisme, apalagi Materialisme. Saatnya kita mempelajari, mendalami dan mendakwahkan kepada ummat atas hal ini. InsyaAllah.
 
* Sumber :
1 Dr. DAUD RASYID, MA, Melawan Sekularisme, Usamah Press, 2009.
Materi Perkuliahan, Sekolah Pemikiran Islam, Universitas Al-Azhar, Jakarta, 26 September 2015.

KONSEP WAHYU dan KENABIAN : Pemahaman Mendasar dalam Kehidupan Islami.


Oleh : Adiadwan Herrawan.

Pelaksanaan Perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI-3) telah memasuki pertemuan kedua, pada 12 September 2015 yang lalu. Sesi kedua tersebut disampaikan oleh Ustadz Ahmad Rafiqi yang membahas materi "Konsep Wahyu dan Kenabian".

Dalam materi ini dijelaskan bagaimana bentuk Wahyu yang diturunkan dari Allah SWT. "Wahyu dari Allah SWT diturunkan dalam bentuk 'Qalam' atau Perkataan Firman Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur'an, serta 'I'lam' atau Ajaran yang disampaikan oleh Nabi SAW dalam Hadits", jelas Ahmad Rafiqi dalam penyampaiannya kepada seluruh peserta perkuliahan yang hadir saat itu.

Disampaikan lebih lanjut bahwa Al-Qur'an diturunkan melalui ucapan dan hafalan ('Qira'ah) oleh malaikat Jibril lalu diteruskan para Sahabat. Setelah proses penurunan melalui hafalan dengan 'sanad' yang jelas, lalu diteruskan penyebarannya melalui dokumen dan catatan ('Mus'haf'). Kemudian barulah masuk ke tahap 'pemaknaan' sebagai proses akhir dari penurunan Al-Qur'an.

Ahmad Rafiqi menegaskan secara mendalam mengenai proses penyampaian wahyu kepada Nabi SAW. "Rasulullah SAW tidak merencanakan dirinya untuk menjadi seorang Nabi", jelas Rafiqi. Hal tersebut dijelaskannya terbukti karena Nabi SAW tidak mengenal malaikat Jibril, bahkan beliau kaget dan berlari dari situasi tersebut, hingga bertanya tentang apa yang terjadi.

Kondisi dan suasana hati Rasulullah SAW pada saat itu sungguh sangatlah menegangkan baginya. Ini jelas menandakan bagaimana beliau sama sekali tidak mengetahui tentang rencana kenabian yang terjadi pada dirinya.

"Ciri khusus seorang Nabi adalah menerima Wahyu yang diturunkan dari Allah SWT melalui malaikat Jibril, memiliki Mu'jizat yang khusus bagi masing-masing Nabi, dan sebagai pribadi manusia yang sempurna, serta hanyalah diperuntukkan bagi seorang laki-laki", demikian penjelasan Ahmad Rafiqi mengenai konsep dasar ciri kenabian, sambil mengakhiri sesi perkuliahan saat itu.

Demikian pentingnya pemahaman mengenai Konsep Wahyu dan Kenabian sebagai dasar dalam menilai kehidupan ini sesuai dengan cara pandang Islam ('Islamic Worldview'), khususnya untuk menghadapi perang pemikiran terhadap aliran-aliran sesat yang semakin marak akhir-akhir ini ('Ghazwul Fikri').
Semoga.

* Sumber : Sekolah Pemikiran Islam, Universitas Al-Azhar, Jakarta, 12 September 2015.